Senin, 01 Juni 2015

Self-directe changes



Self-directe changes

A. Konsep dan Penerapan Self-directed changes
       Menurut teori kompetensi, langkah yang merupakan elemen mendasar untuk mengajarkan atau menigkatkan kompetensi orang dewasa (Competence At Work, 1993). Biasanya disebut dengan istilah "Self Directed Change Theory".
       Teori ini mengajarkan tentang bagaimana kita bisa mengubah diri ke arah yang lebih baik dari kenyataan hidup yang kurang mendukung, katakanlah semacam stres.
Dalam teori “self-directed change” yang berprinsip bahwa orang akan berubah hanya jika mereka:
1.      Merasakan perubahan itu demi kepentingan mereka sendiri.
2.      Merasa tidak puas dengan situasi atau level kinerja kini (aktual)
3.      Jelas mengenai suatu situasi atau level kompetensi yang dikehendaki.
4.    Jelas mengenai langkah-langkah tindakan yang dapat mereka jalani untuk bergerak dari situasi atau level kompetensi aktual menuju situasi atau level kompetensi yang dikehendaki.
Dalam “self-directed change” terdapat tahapan untuk melakukan perubahan diri yaitu:
  1. Meningkatkan kontrol diri
Seperti yang telah disebutkan diatas, bahwa diri kita memiliki kebebasan untuk berubah, namun kebebasan kita dibatasi oleh kebebasan orang lain. Sehingga dibutuhkan pengontrolan diri. Semakin besar perubahan diri yang kita buat, akan semakin besar pengontrolan diri yang kita lakukan.

   2. Menetapkan tujuan

Saat kita sudah memutuskan untuk melakukan perubahan diri, maka disaat itupun kita juga harus sudah menetapkan apa tujuan dari perubahan yang kita lakukan.

   3. Pencatatan perilaku

Melakukan pencatatan perilaku tidak bisa dianggap remeh. Dalam melakukan perubahan diri, ada baiknya apabila melakukan pencatatan perilaku baik perilaku yang ingin diubah maupun perilaku yang telah berhasil diubah.

   4. Menyaring anteseden perilaku

Apa yang dimaksud anteseden?
Anteseden merupakan peristiwa yang dialami saat ini namun peristiwa tersebut merupkan akibat dari peristiwa sebelumnya. Menyaring anteseden berguna untuk mereview apa saja perubahan yang telah kita lakukan dan apa saja akibat yang telah kita terima dari perubahan tersebut.

   5. Menyusun konsekuensi yang efektif

Setelah menyaring anteseden, dibutuhkan konsekuensi yang efektif untuk mendukung perubahan yang lebih positif. 

   6. Menerapkan pencana  intervensi

Setelah melakukan penyusunan, kita dapat menerapkannya dalam praktek perubahan diri. Apabila penyusunan yang dibuat benar-benar matang, hal tersebut dapat mempermudah dalam melakukan penerapan pencana intervensi.

   7. Evaluasi

Setelah melakukan 6 tahap diatas, evaluasi menjadi tahap terakhir yang tak kalah penting. Tanpa evaluasi, bagai makan tanpa hidangan penutup. Evaluasi dilakukan untuk melakukan penilaian terhadap perubahan yang telah dilakukan. Hasil dari perubahan pun dapat terlihat apakah perubahan yang kita lakukan sesuai yang diharapkan atau justru menyimpang dari harapan.

Sumber : 
Pribadi, Syaiful F. 2004. Assessment Centre. Jakarta: Gramedia Pustaka