Rabu, 23 Maret 2016

Terapi Psikoanalisis



Terapi Psikoanalisis

            Teori psikoanalisis muncul pada tahun 1896 di temukan oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan suatu pandangan baru tentang manusia, dimana ketidaksadaran memainkan peran penting. Teori psikoanalisis di temukan dari praktek dalam usaha menyembuhkan pasien-pasien histeria.
            Psikoanalisis adalah terapi klasik, jangka panjang, dan berorientasi tilikan. Tujuannya adalah mengubah kepribadian mayor dengan cara mengidentifikasi dan memodifikasi ("menyelesaikan") konflik-konflik nirsadar dengan asosiasi bebas, menganalisis transferensi dan resistensi serta interpretasi mimpi. ciri "analisis" adalah memakan waktu banyak. Pasien lebih di anjurkan untuk mendapatkan terapi ini adalah pasien yang mengalami gangguan "neurotik" dan gangguan kepribadian. Terapi ini memakan waktu lama, mahal dan keefektifannya tidak pasti sehingga terapi ini jarang di gunakan.
            Terapi psikoanalitik terdiri dari dua kata, yaitu “terapi” dan “psikoanalitik”. Secara eksplisit, “terapi” dalam psikologi berarti perawatan masalah-masalah tingkah laku. Sedangkan “psikoanalitik” merujuk pada metode psikoterapi yang dikembangkan oleh Sigmund Freud.
            Dengan demikian, terapi psikoanalitik dapat dipahami sebagai perawatan yang dikembangkan oleh Freud, dengan memusatkan perhatian pada pengidentifikasian penyebab-penyebab tak sadar dari tingkah laku abnormal dengan menggunakan metode hipnotis, asosiasi bebas, analisis mimpi, transferensi, dan penafsiran.

A. Ada beberapa tekhnik terapi psikoanalisis, diantaranya:
     1. Asosiasi Bebas
       Dalam teknik ini klien di suruh untuk duduk santai atau tidur, lalu menceritakan semua pengalaman yang terlintas dalam benaknya baik yang teratur maupun yang tidak, sepele ataupun penting, logis atau tidak logis, relevan atau tidak semua harus di ungkapkan. Asosiasi-asosiasi yang di ungkapkan itu kemudian di tafsirkan sebagai ungkapan tersamar pengalaman-pengalaman yang di repres.
     2. Analisis Mimpi
       Freud memandang mimpi sebagai mimpi sebagai jalan utama menuju ke alam tidak sadar karena isi mimpi di tentukan oleh keinginan-keinginan yang di repres. Keinginan-keinginan itu muncul lg dalan bentuk simbol sebagai jalan menuju pemuasan.
     3. Analisis Resistensi
       Resistensi adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tidak disadari. Selama asosiasi bebas dan analisis mimpi, klien dapat menunjukkan ketidaksediaan untuk menghubungkan pikiran, perasaan, dan pengalaman tertentu. Freud memandang bahwa resistensi dianggap sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan atau perasaan yang direpres tersebut.
     4. Analisis Transferensi
       Terjadi kalau dalam pertemuan terapi terungkap adanya displacement dalam diri pasien. Hal itu terjadi kalau pasien mengalihkan sasaran perasaan cinta atau bencinya kepada terapeut yang menanganinya. Transferensi itu menunjukan kebutuhan pasien untuk mengekspresikan kebutuhannya. Semua ini berlangsung secara tidak sadar, terapeut sering jadi sasaran atau pengganti. Disini terapeut berusaha untuk menjelaskan pesaraan-perasaan yang sedang dialami atau yang di ekspresikannya pada terapeut sehingga pasien memiliki satu pemahaman yang lengkap mengenai kesulitan yang sedang dialami.

B. Kelebihan Dan Kekurangan Terapi Psikoanalisis
    1. Kelebihan
        a. Terapi ini memiliki dasar teori yang kuat.
        b. Dengan terapi ini terapis bisa lebih mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien.
c. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya.
2. Kekurangan
a. Waktu yang dibutuhkan dalam terapi terlalu panjang
b. Memakan banyak biaya bagi klien
c. Karena waktunya lama, bisa membuat klien menjadi jenuh
d. Diperlukan terapis yang benar-benar terlatih untuk melakukan terapi

            Terapi psikoanalisa ini dapat dihentikan atau dianggap selesai saat klien mengerti akan kenyataan yang sesungguhnya, alasan mengapa mereka melakukan perilaku abnormal, dan menyadari bahwa perilaku tersebut tidak seharusnya mereka lakukan, lalu mereka sadar untuk menghentikan perilaku itu. Terapi psikoanalisa bertujuan untuk mengubah kesadaran individu, sehingga segala sumber permasalahan yang ada didalam diri individu yang semulanya tidak sadar menjadi sadar, mengatasi tahap-tahap perkembangan tidak terpecahkan, membantu klien menyesuaikan dan mengatasi masalahnya, rekonstruksi kepribadian serta meningkatkan kontrol ego sehingga dapat menghadapi kehidupan yang realita, dan mengubah perilaku klien menjadi lebih positif.
            Terapi psikoanalisa ini lebih efektif digunakan untuk mengetahui masalah pada diri klien, karena prosesnya dimulai dari mencari tahu pengalaman-pengalaman masa lalu pada diri klien. Apalagi terapi ini memiliki dasar teori yang kuat. Terapi ini bisa membuat klien mengetahui masalah apa yang selama ini tidak disadarinya. Namun terapi ini tetap memiliki kekurangan seperti diperlukan waktu yang panjang dalam melaksanakan terapi, memakan biaya yang banyak, dan memungkinkan klien menjadi jenuh saat terapi.

Sumber :
Riyanti, B.P. Dwi dan Prabowo, Hendro. 1998. Psikologi Umum II. Jakarta:          Universitas      Gunadarma 
Naisaban, L. (2004). Para Psikolog Terkemuka Dunia: Riwayat Hidup, Pokok        Pikiran, Dan Karya. Jakarta: PT.Gramedia Widiasarana Indonesia.