JOB ENRICHMENT
1. Pengertian Job Enrichment
Kepuasan kerja mempunyai peranan penting terhadap
prestasi kerja karyawan, ketika seorang karyawan merasakan kepuasan dalam
bekerja maka seorang karyawan akan berupaya semaksimal mungkin dengan segenap kemampuan
yang dimiliki untuk menyelesaikan tugasnya, yang akhirnya akan menghasilkan
kinerja dan pencapaian yang baik bagi perusahaan.
Kepuasan kerja mempunyai pengaruh yang cukup besar
terhadap produktivitas organisasi baik secara langsung maupun tidak langsung.
Ketidakpuasan merupakan titik awal dari masalah-masalah yang muncul dalam
organisasi seperti kemangkiran, konflik manager-pekerja dan perputaran
karyawan. Dari sisi pekerja, ketidakpuasan dapat menyebabkan menurunnya
motivasi, menurunnya moril kerja, dan menurunnya tampilan kerja baik.
Job enrichment adalah
memperluas rancangan tugas untuk memberi arti lebih dan memberikan kepuasan
kerja dengan cara melibatkan pekerja dengan pekerjaan perencanaan,
penyelenggaraan organisasi dan pengawasan pekerjaan sehingga job enrichment
bertujuan untuk menambah tanggung jawab dalam pengambilan keputusan, menambah
hak otonomi dan wewenang merancang pekerjaan dan memperluas wawasan kerja.
Job enrichment dapat meningkatkan otonomi seseorang dalam
mengatur pekerjaannya. Misalnya seorang petugas di dalam melakukan pekerjaannya
sebelum diatur oleh suatu prosedur yang ketat, di mana dia tidak di berikan
wewenang atau hak untuk memilih metode yang dia anggap paling efektif, untuk
memilih bahan-bahan yang di butuhkan, atau untuk mengatur pekerjaannya. Perubahan
ini akan memberikan tantangan yang lebih besar bagi dia dan diharapkan dapat
meningkatkan kepuasan kerja dan produktifitasnya.
2. Langkah-Langkah dalam Redesign Pekerjaan
Untuk Job Enrichment
a.
Menggabungkan beberapa pekerjaan menjadi satu.
b.
Menjadi lebih besar
c.
Lebih bervariasi
d.
Kecakapan lebih luas
e.
Memberikan modul kerja untuk setiap pekerja.
f.
Memberikan kesempatan pada setiap pekerja untuk dapat bertanggung jawab.
g.
Kesempatan mengatur prosedur kerja sendiri
h.
Memberikan kesempatan pekerja menghubungi kliennya sendiri secara langsung.
i.
Orang – orang yang berhubungan dengan pelaksanaan kerjanya.
j.
Menciptakan sarana – sarana umpan balik.
k.
Pekerja dapat memonitor koreksi diri.
3. Pertimbangan-Pertimbangan Dalam Job
Enrichment
A. Jika pekerjaan terspesialisir
dan sederhana dirancang kembali untuk memotivasi secara intrinsik pada pekerja, maka kualitas
pelaksanaan kerja pekerja akan meningkat.
B. Absensi –
absensi dan perpindahan kerja akan berkurang.
C. Dimensi inti yang berkaitan dengan motivasi intrinsik &
lapangan kerja (Hackman dan Oldham), yaitu:
1). Keragaman ketrampilan (skill variety)
Banyaknya ketrampilan yang diperlukan untuk melakukan
pekerjaan. Makin banyak ragam ketrampilan yang digunakan, makin kurang
membosankan pekerjaan. Misalnya, seorang salesman diminta untuk memikirkan dan
menggunakan cara menjual yang berbeda, display
(etalase) yang berbeda, cara yang lebih baik untuk melakukan pencatatan
penjualan.
2). Jati diri tugas (task identity)
Tingkat sejauh mana penyelesaian pekerjaan secara
keseluruhan dapat dilihat hasilnya dan dapat dikenali sebagai hasil kinerja
seseorang. Tugas yang dirasakan sebagai bagian dari pekerjaan yang lebih besar
dan yang dirasakan tidak merupakan satu kelengkapan tersendiri menimbulkan rasa
tidak puas. Misalnya, seorang salesman diminta untuk membuat catatan tentang
penjualan dan konsumen, kemudian mempunyai dan mengatur display sendiri.
3). Tugas yang penting (task
significance)
Tingkat sejauh mana pekerjaan mempunyai dampak yang
berarti bagi kehidupan orang lain, baik orang tersebut merupakan rekan sekerja
dalam suatu perusahaan yang sama maupun orang lain di lingkungan sekitar. Jika
tugas dirasakan penting dan berarti oleh tenaga kerja, maka ia cenderung
mempunyai kepuasan kerja. Misalnya, sebuah perusahaan alat-alat rumah tangga
ingin mengeluarkan produk panci baru. Para karyawan diberikan tugas untuk mencari
kriteria seperti apa panci yang sangat dibutuhkan oleh ibu-ibu masa kini.
(tugas tersebut memberikan kepuasan tersendiri bagi karyawan karena hasil
kerjanya nanti secara langsung akan memberi manfaat kepada pelanggan)
4). Otonomi
Tingkat kebebasan pemegang kerja, yang mempunyai
pengertian ketidaktergantungan dan keleluasaan yang diperlukan untuk
menjadwalkan pekerjaan dan memutuskan prosedur apa yang akan digunakan untuk
menyelesaikannya. Pekerjaan yang memberi kebebasan, ketidaktergantungan dan
peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja.
Misalnya, seorang manager mempercayai salah satu karyawan untuk memperebutkan
tender dari klien. Karyawan tersebut menggunakan ide dan caranya sendiri untuk
menarik perhatian klien . Karyawan diberi kebebasan untuk mengatur sendiri
waktu kerja dan waktu istirahat.
5). Umpan balik (feed back )
Memberikan informasi kepada para pekerja tentang hasil
pekerjaan sehingga para pekerja dapat segera memperbaiki kualitas dan kinerja
pekerjaan. Misalnya, dalam menjual produk salesman didorong untuk mencari
sendiri informasi, baik dari atasan maupun dari bagian‑bagian lain, mengenai
segala hal yang berkaitan dengan jabatannya serta meminta pendapat konsumen
tentang barang‑barang yang dijual, pelayanan, dll.
Jadi kondisi psikologis kritis karyawan yang muncul
karena adanya dimensi utama dalam tugas akan mempengaruhi hasil kerja karyawan
yang telah termotivasi secara internal. Berhasil atau tidaknya hasil kerja
dalam job enrichment tergantung oleh kekuatan kayawan untuk berkembang dan
berpikir positif.
Kesimpulan :
Pekerjaan yang diperkaya (Job
Enrichment) dapat memotivasi secara intrinsik pada pekerja yang memiliki
kebutuhan terhadap keberhasilan dan kemandirian.
Program Job Enrichment lebih berhasil jika dikenakan pada pekerja yang tidak takut terhadap tanggung jawab baru yang menganggap penting untuk bekerja keras dan mencapai keberhasilan pribadi dalam lingkungan kerjanya.
Program Job Enrichment lebih berhasil jika dikenakan pada pekerja yang tidak takut terhadap tanggung jawab baru yang menganggap penting untuk bekerja keras dan mencapai keberhasilan pribadi dalam lingkungan kerjanya.
DAFTAR
PUSTAKA :
P.Siagian, Sondang, Prof. Dr. MPA.(1988). Teori
dan Praktek Kepemimpinan. Jakarta : Rineka Citra.
Sihotang. A. Drs. M.B.A. (2006).Menejemen
Sumber Daya Manusia .Jakarta : PT Pradnya Paramita.
Wirawan, Sarlito. (2005).Psikologi Sosial
(Psikologi Kelompok dan Psikologi Terapan).Jakarta :Balai
Pustaka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar